BALLACKS¤DEALOVA

Selasa, 05 April 2011

MALIN KUNDANG


Malin Kundang
Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang .
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, iatersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelahpergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapaldirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awakkapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuholeh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang . Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang . “ Malin Kundang , anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang . Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannyayang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadisebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembalipergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang . Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

ASAL USUL KOTA SURABAYA


sura dan boyo Setidaknya ada tiga keterangan tentang muasalnama Surabaya. Keterangan pertama menyebutkan, nama Surabaya awalnya adalah Churabaya, desa tempat menyeberang di tepian Sungai Brantas. Hal itu tercantum dalam prasasti Trowulan I tahun 1358 Masehi. Nama Surabaya juga tercantum dalam Pujasastra Negara Kertagama yang ditulis Mpu Prapanca. Dalam tulisan itu Surabaya (Surabhaya) tercantum dalam pujasastra tentang perjalanan pesiar pada tahun 1365 yang dilakukan Hayam Wuruk, Raja Majapahit.
Namun Surabaya sendiri diyakini oleh para ahli telah ada pada tahun-tahun sebelum prasasti-prasasti tersebut dibuat. Seorang peneliti Belanda , GH Von Faber dalam karyanya En Werd Een Stad Geboren (Telah Lahir Sebuah Kota) membuat hipotesis, Surabayadidirikan Raja Kertanegara tahun 1275, sebagai pemukiman baru bagi para prajuritnya yang telah berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun1270 M.
Versi berikutnya, nama Surabaya berkait erat dengan cerita tentang perkelahian hidup dan mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon, setelah mengalahkan tentara Tartar (Mongol), Raden Wijaya yang merupakan raja pertama Majapahit, mendirikan kraton di Ujung Galuh, sekarang kawasan pelabuhan Tanjung Perak, dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama Jayengrono makin kuat dan mandiri karena menguasai ilmu Buaya, sehingga mengancam kedaulatan Majapahit.
Untuk menaklukkan Jayengrono, diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu Sura. Adu kesaktian dilakukan di pinggir Sungai Kalimas dekat Paneleh. Perkelahian adu kesaktian itu berlangsung tujuh hari tujuh malam dan berakhir tragis, keduanya meninggal kehabisan tenaga.
Dalam versi lainnya lagi, kata Surabaya muncul dari mitos pertempuran antara ikan Suro (Sura) dan Boyo (Baya atau Buaya), perlambang perjuangan antara darat dan laut. Penggambaran pertarungan itu terdapat dalam monumen suro dan boyo yang ada dekat kebun binatang di Jalan Setail Surabaya
Versi terakhir, dikeluarkan pada tahun 1975, ketika Walikota Subaya Soeparno menetapkan tanggal 31 Mei 1293 sebagai hari jadi Kota Surabaya. Ini berarti pada tahun 2005 Surabaya sudah berusia 712 tahun. Penetapan itu berdasar kesepakatan sekelompok sejarawan yang dibentuk pemerintah kota bahwa nama Surabaya berasal dari kata sura ing bhaya yang berarti keberanian menghadapi bahaya.

Inilah Dosa-Dosa Ber-Valentine – Ustadz Abu Ammar al-Ghoyami

Oleh: Ustadz Abu Ammar al-Ghoyami -hafizhahullah-
Tidaklah ada sebuah syariat yang diajarkan Islam yang berakibat keburukan. Dan terbukti bahwa seluruh apa yang disyariatkan Islam benar-benar membawa kebaikan dan mengantarkan umat yang ta’at menuju kepada keridhoan. Tatkala valentine’s day bukan dari dan untuk Islam, sudah tentu ia mengandung berbagai jenis kerusakan dan keburukan. Tentu di antaranya ialah membawa racun-racun dosa bagi siapa saja yang turut serta di dalamnya. Di antara dosa-dosa ber-valentine yang begitu nyata itu ialah:
Dosa Latah dan Ber-tasyabbuh
Di antara dosa-dosa ber-valentine ialah latah dan meniru serta ber-tasyabbuh. Meniru dan latah erat kaitannya dengan rasa kagum, pengagungan, serta kecintaan seseorang. Tidaklah seseorang meniru melainkan sebab kekagumannya, atau pengagungannya atau sebab kecintaannya. Jauh-jauh hari Islam telah mengingatkan umatnya agar berhati-hati dan waspada dari kebiasaan latah dan meniru-niru.Sebab salah melatah dan meniru akan berakibat kesalahan yang sungguh sangat berbahaya. Apabila yang ditiru ialah orang-orang yang sholih yang menjadi qudwah (teladan) umat maka keberuntungan. Namun apabila yang ditiru ialah kaum fasiq (suka berbuat dosa), kaum kafir, maka berarti musibah dan kemaksiatan.
Perhatikanlah sabda Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam tentang perilaku apa yang kiranya akan dilakukan oleh umat ini. Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu menyebutkan bahwa Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَتَتْبَعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ » . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ »
“Sungguh kalian akan mengikuti (perlakuan) orang yang sebelum kalian, sejengkal sejengkal, dan sehasta demi sehasta, sehingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak sekalipun tentu kalian tetap mengikuti mereka.” Kami bertanya: “Wahai Rosululloh, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?”. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa (kalau bukan mereka)?”[i]
Sungguh, sebagian besar umat ini telah mengikuti Yahudi dan Nasrani, bahkan mereka telah meniru dan semangat untuk bisa menjadi serupa atau sama dengan dua kaum tersebut. Padahal Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengancam dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Siapa saja yang menyerupakan diri dengan suatu kaum maka ia termasuk dari kaum itu.”[ii]
Dosa Kagum dan Cinta Kaum Kafir
Bisa jadi karena kekaguman mereka meniru suatu kaum tersebut. Bisa juga karena pengagungan atau juga karena kecintaan. Alasan manapun yang mereka pegangi semuanya adalah kesalahan dan musibah.
Perhatikanlah apa yang dikisahkan oleh seorang sahabat yang mulia, Anas bin Malik radhiyallahu anhu. Suatu saat dia pernah berkata: “Datanglah seorang laki-laki kepada Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: “Wahai Rosululloh, kapan kiranya akan tegak hari kiamat?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa yang telah kau persiapkan untuk menyambut kiamat?” Dia menjawab:“Kupersiapkan kecintaanku kepada Alloh dan kepada Rosul-Nya”. Lalu beliau pun bersabda:
فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Sesungguhnya kau akan bersama siapa yang kau cinta.”
Kemudian Anas radhiyallahu anhu mengatakan: “Kami(para sahabat) tidaklah pernah merasa gembira setelahkeislaman kami dengan kegembiraan sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya kau akan bersama siapa yang kau cinta”. Anas radhiyallahu anhu pun mengatakan, “Aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap bisa bersama mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka”.[iii]
Bila seseorang akan dikumpulkan bersama siapa yang dipuja dan dicinta, maka bagaimana kiranya nasib orang-orang yang mencinta dan mengagungkan kaum fasik dan orang-orang kafir lagi durhaka? Musibah apa lagi kiranya yang lebih besar dari ini semua?
Dosa Menghamburkan Harta dan Ikut Perbuatan Setan
Tak sayang harta menjadi hal yang wajar bagi mereka yang ber-valentine. Dengan dalih menebarkan kasih sayang (menurut persangkaan mereka), mereka hamburkan harta. Inilah salah satu jalan setan yang mereka pilih dan mereka ikuti. Yaitu menyia-nyiakan harta dan dan membelanjakannya untuk kemaksiatan. Dan Alloh azza wajalla telah berfirman:
… dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Robbnya.[iv]
Dosa Pergaulan Bebas dan Perzinaan
Tak dipungkiri bahwa Islam adalah agama kasih sayangdan memerintahkan agar umatnya senantiasa berkasih sayang. Namun sesungguhnya kasih sayang dalam Islam ialah kasih sayang yang mulia, kasih sayang yang tulus dan tak kenal pamrih. Ialah kasih sayang yang penuh dengan aturan, adab dan tata krama syari’atnya yang agung. Bandingkan dengan kenyataan kaum yang menebarkan kasih sayang di hari valentine. Bukankah mereka telah banyak melanggar aturan Islam dalam berhubungan antara laki-laki dengan perempuan yang telah diatur dengan aturan yang indah dan luhur? Bukankah bervalentine semakna dengan berpesta pergaulan bebas antara laki-laki dengan perempuan tanpa aturan?
Allohumma, ya Alloh, ampunkan buat kami atas dosa dan kelemahan kami. Sungguh, menebar kasih sayang menurut mereka ialah pergaulan bebas tanpa aturan, pergaulan bebas tanpa tata krama. Berbaurnya laki-laki dengan kaum perempuan dan dilakukannya apa yang mereka hendak lakukan semaunya dan tanpa batasan. Berpasanag-pasangan dan bersepi-sepi, sembunyi dari pandangan mata manusia untuk bermaksiat kepada Dzat Yang tak kan tersembunyi perzinaan mereka bagi-Nya azza wajalla.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepi berduaan dengan seorang perempuan (yang bukan istrinya) kecuali yang ketiganya ialah setan”[v]
Sehingga setanlah yang menghias dan mengarahkan semua pandangan mata, seluruh ucapan lisan, semua yang terdengar, seluruh sentuhan dan langkah langkah-langkah kaki mereka. Jadilah mereka diperbudak oleh setan setelah mereka diperbudak oleh nafsu.
Apakah bersama-sama melakukan perbuatan dosa seperti ini yang dinakaman berkasih sayang? Apakah bersama-sama memperturutkan nafsu lalu tunduk patuh diperbudak setan seperti ini yang namanya berkasih sayang?
Hanya kepada Alloh ta’ala kita adukan semua musibah yang menimpa sebagian besar umat ini. Semoga Alloh subhanahu wata’ala memelihara kita dan keluarga kita dari dosa-dosa dan kemaksiatan. Amin.
[i] HR. al-Bukhori 7320 dan Muslim 6952, dan ini lafazh al-Bukhori.
[ii] HR. Abu Dawud 4033, Ahmad 2/50 dan 92, dishohihkan oleh al-Albani v\ dalam Irwaul Gholil 1269
[iii] HR Muslim 6881
[iv] QS. al-Isro’ [17]: 26-27
[v] HR Tirmidzi, Ahmad, dan Hakim, dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohihul Jami’ 2546

Aneka pantun

Tingkap papan kayu bersegi,
Sampan sakat di Pulau Angsa;
Indah tampan kerana budi,
Tinggi bangsa kerana bahasa.
===========================
Buah berangan masaknya merah,
Kelekati dalam perahu;
Luka di tangan nampak berdarah,
Luka di hati siapa yang tahu.
=============================
Dari mana punai melayang,
Dari paya turun ke padi;
Dari mana datangnya sayang,
Dari mata turun ke hati.
============================
Pucuk pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan;
Tuan jauh di negeri satu,
Hilang di mata di hati jangan.
==================================
Kalau tuan jalan ke hulu,
Carikan saya bunga kemboja;
Kalau tuan mati dahulu,
Nantikan saya di pintu syurga.
=========================
Halia ini tanam-tanaman,
Ke barat juga akan condongnya;
Dunia ini pinjam-pinjaman,
Akhirat juga akan sungguhnya.
==========================
Malam ini merendang jagung,
Malam esok merendang serai;
Malam ini kita berkampung,
Malam esok kita bercerai.
========================
jalan-jalan ke kota paris
banyak rumah berbaris-baris
biar mati diujung keris
asal dapat dinda yang manis…
ke cimanggis membeli kopiah
kopiah indah kan kau dapati
begitu banyak gadis yang singgah
hanya dinda yang memikat hati
jika aku seorang pemburu
anak rusa kan kudapati
jika dinda merasa cemburu
tanda cinta masih sejati
darimana datangnya sawah
dari sawah turun ke kali
darimana datangnya cinta
dari mata turun ke hati
============================
Bau-bau jembatan tujuh,,
tempat memungut sebuah lolah,,
kalau adinda udah setujuh,,
tunggulah saya tamat sekolah,,
Pisang nangka buat kolak
Jambu biji diblendrin
Kalo nona tetep galak,
Lebaran depan ga dimaapin
menaiki kereta merknya honda
pergi selayang kerumah hanapi
bila cinta mekar di dada
siang terkenang malam termimpi
anak unta siapa yg punya
menangis iba kehilangan ibu
bila cinta sudah menyapa
rindu mulai membara dikalbu
mulanya duka kini menjadi lara
teman tiada hanyalah sendu
bila rindu mulai membara
itulah tanda cinta berpadu
hati berdetik dalam cahaya,
seperti belati menikam dada
Cinta abadi kekal selamanya
Musim berganti tapi wajah takkan lupa
cinta datang tak berwaktu
perasaan senang,sedih dan pilu tak menentu
semua hadir tanpa permisi
untuk mencoba mengisi hati
hati-hati minum digelas
kalau terlepas pecahlah nanti
cinta hati selalunya ikhlas
cinta buta yang makan hati
cinta tak memandang bulu
cinta juga tak mengenal waktu
rasakan cinta dihatimu
betapa indah mengikis kalbu
bila terluka berkata begitu
hingga terlupa cinta yang suci
cinta manusia memanglah begitu
cinta padaNYA cinta yang sejati
terluka hati karna kata udah biasa
namun terluka karna usia sungguh asa
bila kata dianggap tak bermakna
tapi usia adalah segalanya
Untuk menjadi seorang perwira
Harus bertapa di dalam gua
Kalau cinta kukuh di jiwa
Biar melayang kembali jua
papua tanah impian jiwa
kubermimpi melayang terbang kesana
teman sehati selalu bersua
karena tak bisa terpisahkan begitu saja
panah cinta tlah menancap…
kedua hati pun menyatu…
asmara semakin mendekap…
cinta takkan berlalu…
anak ayam turun ke kali
bermain air riang gembira
betapa senangnya bisa ngejunk lagi
memburu kata mengejar tawa
minum arak pahit rasanya…
tidak cocok untuk anak kuliah…
apalah daya sudah usaha…
belum apa-apa sudah binasah…
sunggulah indah si burung pipit
terbang yang tenang si burung dara
bila ku tahu bercinta sakit
takkan ku mulai dari semula
orang palembang menanam padi
negeri malaka negeri seberang
putus cinta jangan bersedih
dunia ini masih panjang
burung kakatua
hinggap dijendela
siapa yang jatuh cinta
pasti cemburu buta
Burung kakak tua udah tak berdaya
Burung adik muda terbang ke angkasa
Makasi kakek telah berjuang bela negara
Sekarang adek bahagia di hari MERDEKA
kucing kurus mandi dipapan
papan nya sikayu jati
aku kurus bukan karena kurang makan
tetapi mikirin sijantung hati
disana gunung disini gunung
ditengah tengah gunung berapi
kesana bingung kesini bingung
itulah namanya jatuh hati
=====================================
kumpulan pantun cinta – pantun humor – pantun lucu – sms pantun – pantun aneh – pantun gaul – pantun jayus– pantun gombal
——————————————————-
cinta adalah buta…
buta adalah cinta…
ketik C spasi D…
cape D…
(Ket: pantun gaya baru,pola AABB)
===================================
Banyak bunga di taman cuma satu kupetik
Banyak anak perawan cuma Adik yang cantik
=======================
Pria:
Banyak bunga di taman cuma satu kupetik
Banyak anak perawan cuma Adik yang cantik
Wanita:
Banyak buah semangka dibawa dalam sampan
Banyak anak jejaka cuma Abang yang tampan
Pria:
Berjuta bintang di langit
Satu yang bercahaya
Berjuta gadis yang cantik
Adiklah yang kucinta
Wanita:
Pandai Abang merayu, hatiku rasa malu
Pria:
Rumah atapnya tinggi terbuat dari bambu
Cuma Adik kupilih dan yang selalu kurindu
Wanita:
Gunung puncaknya tinggi tertutup oleh salju
Memang Abang kupilih dan yang selalu kurindu
=============================
Jika tuan mudik ke hulu
Carikan saya bunga kemboja.
Jika tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu surga.
===============================
Batang buluh berisi santan,
Bunga mawar seri pengantin,
Untung sungguh nasib badan,
Ada penawar zahir batin.
=============================
rancak gagah silat pahlawan
bertahan di kanan menyerang di kiri
tatkala bulan dilindung awan
mengapa pungguk berdiam diri?
============================

SURODIRO JOYONINGRAT LEBUR DENING PANGASTUTI


Kalimat seperti judul di atas sudah sering kita dengar dan kita sudah mengerti pula apa makna dari kalimat itu. Namun dalam perjalanan hidup ini kita kadang sering mengabaikan akan makna yang terkandung dalam kalimat tsb, sehingga lupa untuk menjalankkanya dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk itu kami akan mengingatkan kembali kalimat tsb agar kita dapat menjalankannya demi kehidupan kita didunia maupun di akhirat kelak sebagai amal dan perbuatan yang diridhoi oleh Tuhan (Allah SWT)
Surodirojoyoningrat lebur dening pangastuti (surodirojoyoningrat= angkara murka alias jahat, pangastuti= pamuji rahayu, menyembah kepada TuhanYME) yang artinya segala bentuk kekuatan yang dengankeangkaramurkaan akan hancur dengan pamuji rahayu (kekuatan Tuhan/Allah). Betapa kita sering mendengar tentang cerita dalam kehidupan sehari-hari, cerita sejarah, hikayat, dongeng maupun cerita komik (fiktif) bahwasannya segala bentuk kejahatan, keangkaramurkaan itu seringkali dan pasti akan akan kalah dan hancur oleh kebaikan (kekuatan Tuhan/Allah).
Tiada dipungkiri memang itulah janji Tuhan kepada semua umat manusia barang siapa yang berbuat kebajikan dan kebenaran akan selalu mendapat perlindungan-Nya (dengan keridhoan-Nya kita akan diberi keselamatan dan kekuatan untuk menghancurkan segala bentuk kejahatan). Dalam kitab suci semua agamapun menyebutkan demikian agar hendaknya kita tidak takut dalam menghadapi kejahatan, dan apabila kita mati dalam menghadapi kejahatan, Tuhan/Allah sudah menjajikan surga bagi kehidupan akhirat kita kelak (manusia dapat dimatikan,manusia dapat dihancurkan tetapi manusia tidak dapatdikalahkan selama ia masih percaya/setia pada dirinyasendiri “lihat judul kiblat papat limo pancer”).
Sopo sing suci adoh saka bebaya pati artinya siapa yang suci (bersih dari kerusakan hati) akan dijauhkan dari bahaya kematian. Dengan kita membersihkan hati,menjauhi segala macam semua yang berakibat merusak hati, dalam perjalanan hidup kita menjadi tenang (sakinah), tentram(mawadah) dan kasig sayang(rokmah). Denga kehidupan yang damai ini tentunya kita akan jauh dari kejahatan dan kejahatan itu sendiri akan enggan mendekati kita. Betapa tidak kita akan punya sifat yang sabar dan narima, sehingga segala macam cobaan yang mendera kita, akan kita terima dengan lapang dada dan merupakan ujian bagi kita untuk mengukur seberapa tinggi keimanan kita kepadaTuhan/Allah.
Kita akan dijauhkan dari kematian yang diakibatkan oleh kematian yang bukan merupakan takdir dari Tuhan/Allah. Sejarah telah membuktikan betapa orang-orang yang suci selalu mendapat perlindungan dari Tuhan/Allah supaya mereka dapat menyebarkan kebaikan di dunia ini. Kejahatan tak dapat dapat membunuhnya, hanya takdirlah yang dapat mematikannya.
By Goeroso//85

Pentjak Silat – The History which its related with PSHT


What is it?
Pentjak Silat is the martial art of Indonesia. It is an effective form of self-defense, in which the user employs among others punches, chops, kicks, clamps, leg sweeps and scissors techniques. Pentjak Silat is characterized by graceful execution, distraction of the opponent with threatening moves and rapid surprise attacks.
But Pentjak Silat is more than just a form of self-defense or a fighting art. It is a complete system ofpersonal development, with its own philosophy and code of ethics. As such, it can serve as a development path for those who wish to practice this fighting art.
In Indonesia, some 16 million people practice one of the approximately 800 styles of Pentjak Silat, a number of which have spread outside Indonesia in the second half of the 20th century.
Concepts
Opinions vary as to the exact meaning and origin of the terms “Pentjak” and “Silat”, most likely because of the large number of languages spoken in the Indonesian Archipelago.
“Pentjak” is usually explained as “skilful and specialized body movements”. In this sense, the term can refer to the exercise itself as a form of gymnastics, which is not by definition intended for self-defense.
“Silat” literally means “to hit” or “to defend”. This could be derived from “Bersilat’ which is formed from the components “Ber” (to do) and “Silat” (to fight). In short, Silat refers to the application of the Pentjak for self-defense.
All combined, “Pentjak Silat” can be translated as “to fight using specialized body movements”.
History
Origin
The exact source of the Eastern fighting arts is difficult to ascertain. Experts often point to priests and itinerant monks as the first to develop and spread the fighting arts in Asia.
Little is known about the origin of fighting arts in Indonesia, except what has come down to us in a limited number of government records and legends. According to cultural anthropologists, Pentjak Silat probably first developed among the Minangkabau on Sumatra and the surrounding islands, such as the Riau Archipelago. These islands are an important crossroads between India and China, and were settled by monks from both countries. From here, Pentjak Silat spread further into Indonesia. As a result of Indonesia’s wide geographical expanse and diverse local circumstances, many forms or “styles” of Pentjak Silat have developed.
Hindu-Buddhist period
Important elements in the early development of Pentjak Silat were the “keratons” (palaces) of the Indonesian sultans. As warlords, the sultans were responsible for the protection of their domains. The courts of the sultans were often visited by traveling monks who would subsequently exchange knowledge on a variety of subjects, including fighting arts. Martial arts were first and foremost a practical necessity for survival in times of war. Training in the art of fighting was survival training. In the so-called “pesantren”, aHindu-Buddhist monastery, the aristocratic young students were trained in many things, including the fighting arts. These physical regimes were combined with basic spiritual teachings in religion and other mystical subjects. Over the course of time, the teachings of the pesantren also made their way into other areas of the community.
Islam
In the 15th century, Islam began to exert its influence inIndonesia. The Islamic conquerors fought many battles with the existing Hindu rulers. This inevitably provided new impulse to further refine the fighting techniques. In and following this time period, Pentjak Silat underwent considerable Arabian influence, such as the introduction of characteristic Muslim weapons.
Colonialism
The Dutch arrived in the Indonesian Archipelago in the 17th century and began colonization. The Indonesians sought various means to escape their domination, and the Dutch military occupiers put down many frequent uprisings and resistance movements. The practice of martial and fighting arts as well as the use of traditional weapons was forbidden. As a result, Pentjak Silat was practiced in secret and became a symbol of the underground resistance. In public, Pentjak Silat techniques were concealed and only demonstrated as a form of dance.
In the 19th century, the Dutch stimulated the migration of hundreds of thousands of Chinese merchants into the economy to stimulate growth. The Chinese brought Kuntao techniques with them from China. In all likelihood, these Chinese techniques also influenced Pentjak Silat.
Developments in the early 20th century
The 20th century brought a surge of nationalistic sentiment in Indonesia. Various emancipation movements surfaced. In Pentjak Silat, this period saw the rise of the “Setia Hati” style. Many of the movements were aimed at ending the Dutch rule. The conflict between Indonesia’s yearning for freedom and the Dutch colonialism further stimulated Pentjak Silat. Many of the Pentjak Silat styles were an expression of the craving for independence.
The Second World War
During World War II, the Japanese invaded the Dutch Indies in 1942. All political parties were driven underground as well as most Pentjak Silat styles. Although the Japanese occupation forces lifted the ban on fighting arts, the majority of training sessions remained in closed circles.
After the Second World War
The Dutch returned to Indonesia in 1945 after the Japanese capitulation. The cries for Indonesian independence were becoming increasingly loud, and resistance to the Dutch colonial power was growing. In 1947, the Dutch government opted for military action. The underground military movement and anti-Dutch sentiment combined to further stimulate development of the fighting arts. In both the inland guerrilla moments as well as the Dutch forces (The Royal Dutch Indonesian Army and the Queens Special Forces) the fighting arts were taught extensively. These were especially useful during close man-to-man combat in the jungle. After Indonesia received its independence in1950, islanders (especially Moluccas), who had participated in these special forces, emigrated to the Netherlands, and together with the Dutch Indonesians, introduced Pentjak Silat.
After World War II in 18 May 1948, the IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), the Indonesian Pentjak Silat Federation, was established in Indonesia. In 1980, the PERSILAT, the International Pencak Silat Federation, wasfounded by IPSI (Indonesia), PERSISI (Singapore), (Malaysia) and PERSIB (Brunei Darussalam).
Organizations
IPSI
In 18 May 1948, members of the Pentjak Silat schools toemerge as inter-regional organizations, formed the National Indonesian Pentjak Silat Federation, and calledthe Ikatan Pentjak Silat Indonesia (IPSI). In the years to follow, numerous other schools also joined this federation. At last official count, some 823 separate schools were registered.
The PERSILAT
To promote Pentjak Silat on a broader scale, as well as international unity within the sport, the International Pentjak Silat Federation, called the Persekutuan PentjakSilat Antarabangsa (PERSILAT), was formed on 11 March1980 in Jakarta by representatives from Indonesia, Malaysia, Singapore and Brunei. As an international federation, the PERSILAT is based on the principles of fraternity, solidarity and mutual respect regardless of race, creed or color.
Persaudaraan Setia Hati “Terate” or PSHT
Style
Organization
The goal of the Persaudaraan Setia Hati Terate is to propagate a system of personal development for the mind and the body. This Pentjak Silat style is one of the largest and most widespread styles in Indonesia.
The physical and spiritual ‘epicenter” of the Persaudaraan Setia Hati Terate is the city of Madiun, in East Java, Indonesia. In this city of 600,000 inhabitants, some 15% of the population is actively involved in the PSHT.
The PSHT currently counts some 1.5 million members inIndonesia spread over 177 “Cabang” (Cities or Districts). The Head Office and the Central Board of PSHTorganization is in Madiun located in East part of Java.
Madiun is also home to the central organizing board of the PSHT. The current chairman of the Central Board (Pengurus Pusat) is Mas Tarmadji Boedi Harsono.
The scope of the PSHT is broader than fighting arts alone. The PSHT is also a social-cultural organization, with its own educational programmed. It organizes educational and social-cultural activities for the local community. It maintains good contact with the government and other social-cultural organizations. And members of the PSHT maintain responsible positions in the community.
History
In 1903, Ki Ageng Soerodiwirjo laid the groundwork for a Pentjak Silat Setia Hati style. Previously he called the Physical / Movement of his Pentjak Silat “Djojo Gendilo Tjipto Muljo” and the Spiritual called “Sedulur Tunggal Ketjer” , in Kampoeng Tambak Gringsing, Surabaya. In 1917 Ki Ageng Soerodiwirjo moved to Madiun and establish his style named the Persaudaraan Setia Hati in Desa Winongo, Madiun. The Persaudaraan Setia Hati is not an organization, it just a brotherhood among the student (kadang), as at that time the Pencak Silat organization was not allowed by Dutch Colonialism. “Setia Hati” means “Faithful Heart”. Soerodiwirjo was born to an aristocratic family in Madiun, East Java, Indonesia, in the last quarter of the 19th Century. He was eventually dubbed a “Ngabei”, an exclusive aristocratic title extended by the Sultan only to those who have proven themselves spiritually worthy. He lived and worked in various locations on both Java and Sumatra, were he studied diverse styles of Pentjak Silat. On Sumatra, he also studied under a spiritual teacher. The combination of this spiritual teaching (kebatinan) and that which he had distilled from the diverse fighting arts styles formed the basis for Setia Hati. Ki Ageng Hadji Soerodiwirjo died on 10 November 1944 in Madiun.
In 1922, Hardjo Oetomo (1883-1952), a follower of the Setia Hati style, ask permission of Ki Ageng Soerodiwirjo to establish the Setia Hati School for younger generation and was permitted by Ki Ageng Soerodiwirjo, but has to be in different name. Mr. Hardjo Oetomo than establish “SH PSC” stand for Persaudaraan Setia Hati “Pemuda Sport Club”. This system was then called Persaudaraan Setia Hati Terateor PSHT in 1948 during the first congress in Madiun.
After World War II, the PSHT continued to spread throughout Indonesia. An important figure behind this growing popularity was Mr. Irsjad the first student of Ki Hadjar Hardjooetomo who created 90 Senam Dasar (Basic Exercise), Jurus Belati (Jurus with Knife), and Jurus Toya (Jurus with Long Stick). One of student of Mr. Irsjad is Mas Imam Koessoepangat (1939-1987), the spiritual leader of the PSHT at the time. His successor, Mas Tarmadji Boedi Harsono, is the current leader of the PSHT central board.
Philosophy
The Art of self-defense
Each eastern self-defense art is based on a philosophy with an associated code of ethics. This also applies to Pentjak Silat. The practice of a self-defense art has the objective of helping the student develop a forthright character by living according to the fundamental normsand values of the art. The student strives for harmony in body and spirit, in intellect and emotion.
Persaudaraan Setia Hati Terate is a way of living, a life’s path. The element of sport is just a small aspect,one of the many stones from which the path of the PSHT is paved. With this broader approach, the Persaudaraan Setia Hati Terate is not a fighting sport but a fighting art. A fighting sport is a struggle with another. A fighting art is a struggle with oneself.
Basic rules
Striving toward harmony in body and mind, the Persaudaraan Setia Hati Terate is founded on five basicprinciples:
1. Persaudaraan (Brotherhood or fraternity)
2. Olah Raga (Sport)
3. Bela Diri (Self-defense)
4. Seni Budaya (Art and culture)
5. Kerokhanian Ke SH an (Spiritual development)
The complete philosophy of the Persaudaraan Setia Hati Terate can be seen in the symbols of the PSHT emblem.
PSHT Emblem
The following describes the various concepts and symbols in the PSHT emblem. It embodies the part of the philosophy of the Persaudaraan Setia Hati Terate.
Persaudaraan
This concept, which can be translated as “brotherhood” or “fraternity”, expresses the vision that all people are brothers and sisters. “Saudara” is translated as both “brother” and “sister”: women are also a part of the “brotherhood”. This implies mutual respect, solidarity and co-operation. Brotherhood supersedes culture, race, creed and political affiliation.
Setia Hati
This can be translated as “faithful heart”. It implies that one should always be true to one’s heart (emotional feeling) in all of life’s decisions. These emotions, however, must be in harmony with one’s rational cognition. What the heart feels and what the intellect reasons should be in agreement. If the two elements are not in harmony, then any decision taken is wrong.
The heart
A heart is pictured in the emblem. The rays emanating from this heart are a symbolic representation of the concept of brotherhood: one sends out good thoughts or feelings to others. The red boarder around the heart is a symbol of self-defense: one aspires to brotherhoodand that which one can offer others, but not at the expense of oneself. White symbolizes love and inner cleanliness.
Terate
The Terate is a water lily (lotus flower). It symbolizes resolve, resilience and the ability to adapt. This flower can thrive in all conditions. In the air. In the water. In dry and wet conditions. The PSHT student is equally able to adapt and overcome difficult circumstances. And like the Terate, despite negative influence from thesurroundings, the PSHT student maintains his or her inner cleanliness. The Terate may bloom in the mud, but it maintains its beauty and purity.
The path
A vertical red line is found on the left-hand side of the emblem, flanked on each side be a white line. This is the “straight path”, symbolizing the mental and spiritual growth to which the PSHT student must aspire.During the initiation to the First Degree, the candidate makes an oath to follow this path and conform to certain rules of behavior.
Weapons
Finally, a number of yellow-colored weapons are pictured on the emblem. These symbolize the physical path that one must follow to ultimately achieve spiritualgrowth.
Degrees
The path of the Persaudaraan Setia Hati Terate is divided into three degrees.
The First Degree (Tingkat Satu):
The First Degree is primarily aimed at physical development. Through a system of skilful physical movements (Pentjak), students learn to use their body effectively.
The First Degree is subdivided into a number of steps, coupled to a graduated system of belts and slendangs (sashes). Each step concludes with an exam.
The Second Degree (Tingkat Dua):
The Second Degree focuses primarily on the Silat, the demobilization of an attacker using the physical techniques (Pentjak) learned for the First Degree. Students learn to make effective use of inner strengths through concentration, breathing techniques and meditation.
This form of self-defense can be highly lethal. It is therefore taught only to the PSHT holders of the First Degree White Slendang, and who, after years of training in discipline, willpower and character building are capable of mastering the “real” Silat. Training for the Second Degree White Slendang is essentially 50% physical development and 50% mental development.
The Third Degree (Tingkat Tiga):
The Third Degree is only intended for the selected few: for those who can bundle all the positive powers they have learned and apply them to the benefit of humanity. The Third Degree is 95% spiritual and 5% physical development.
In Indonesia, there are currently some 300,000 holdersof the First Degree White Slendang and approximately 160 holders of the Second Degree White Slendang. Unfortunately there is only one person in Indonesia hasThird Degree White Slendang, the chairman of the PSHT,Mas Tarmadji Boedi Harsono, as others was already past away.
Weapons
The weapons employed in Pentjak Silat are a combination of indigenous weapons and those broughtto Indonesia from the entire Asian continent. A number of these weapons were originally tools used to worked the land. Virtually every traditional Pentjak Silat style employs the following weapons.
Pisau or belati
The pisau is a short knife with no specific form or length.
Golok and parang
The golok is a short, heavy machete with a single-sided blade. The parang is also a type of machete that is usedextensively. Both were originally used as farming tools.
Trisula
The trisula is a three-pronged metal fork. It varies in length from 25 to 65 cm. The trisula is most likely of Indian origin.
Toya
The toya is a wooden staff, generally made of rattan. It varies in length from 1.5 to 2 meters, but in principle is slightly shorter than the person using it. The toya is between 3.5 and 5.0 cm in diameter.
In addition to the weapons mentioned above, most Pentjak Silat styles also employ their own specific weapons. In the PSHT, the following weapons are also used.
Celurit
Celurit is the Indonesian term for a sickle, a farming implement with a short, steel blade in the shape of a half-moon. The “ant” is a smaller sickle. The cutting edge is on the inside of the blade.
Krambit
The krambit is a fist-held punching brace with a double-sided blade in the shape of a half-moon. The krambit is originally a Moslem weapon. The PSHT is the only Pentjak Silat style to employ this weapon.